.::Selamat datang di djamilawaludin.blogspot.co.id semoga sehat dan sukses selalu::.

Jumat, 23 Mei 2014

Pengertian Iman Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Iman memiliki pengaruh signifikan dalam meluruskan kepribadian seseorang dan membersihkan dirinya dari kecenderungan pada kebejatan atau kekejian. Ia menjadi stimulus terkuat yang membuat seseorang untuk menjahui berbagai bentuk perilaku kejahatan dan hal-hal terlarang, di samping menjadi motifator terbesar yang menggugahnya untuk memperbanyak berbagai bentuk kebajikan dan kebaikan . seseorang mukminsejati dengan demikian akan menjauhkan diri dari berbagai kenistaan dan dosa sebab ia meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa allah maha memperhatikan dirinya dalam segala situsi dan kondisinya.

B.     TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Memahami pengertian dari iman
2.      Apa pengaruh iman dalam kehidupan
3.      Sebagai penambah ilmu bagi penulis dan pembacanya.

C.    RUMUSAN MASALAH

Adapu yang dapat penulis rumuskan dalam makalah ini adalah apa pengertian iman dan bagaimana pengaruhnya pada pribadi dan masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN IMAN (AKIDAH)

Yang dimaksud aqidah dalam bahasa arab, menurut etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan.
Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
                        Karena itu iman yang membuat rasa aman dan membuat orang mempunyai amanat itu tentu lebih dari sekedar percaya, dalam arti sekedar percaya adanya tuhan. Jika hanya percaya dengan adanya tuhan semata, setan yang terkutuk pun percaya kepada tuhan, bahkan iblis sempat berdialog dan berargumentasi langsung dengan tuhan. Pengertian iman sebagai percaya tanpa ada konsekuensi yang nyata bias berarti tak bermakna, sebab salah satu wujud rasa iman adalah sikap hidup yang memandang tuhan sebagai tempat menyandarkan diri dan menggantungkan harapan. Oleh karena itu konsistensi iman ialah husnuzhan, yang berarti baik sangka, yakin sikap optimis kepada tuhan, serta kemantapan kepadanya sebagai yang mahakasih dan mahasayang.

1.Iman Kepada Allah

Iman menurut bahasa berarti keyakinan atau kepercayaan, sedangkan menurut istilah berarti kepercayaan tentang adanya Allah sekaligus membenarkan apa saja yang datang dari Allah dengan cara meyakini dalam hati, menyatakan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal nyata.
Iman kepada Allah Swt berarti meyakini dalam hati sifat- sifat kesempurnaan Allah yang maha suci dari sifat-sifat kekurangan, ditunjukkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Allah, zat yang maha mutlak itu menurut ajaran islam, adalah tuhan yang maha esa. Segala sesuatu mengenai tuhan disebut dengan ketuhanan. Ketuhanan yang maha esa menjadi dasar Negara republic Indonesia.


Menurut osman raliby ajaran islam tentang kemaha esaan tuhan adalah sebagai berikut:
a.       Allah maha esa dalam zatnya.
b.      Allah maha esa dalam sifat-sifatnya.
c.       Allah maha esa dalam perbuatan-perbuatannya.
d.      Allah maha esa dalam wujudnya.
e.       Allah maha esa dalam menerima ibadah.
f.       Allah maha esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia.
g.      Allah maha esa didalam memberikan hukum.


2. Iman Kepada Malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk yang hidup di alam ghaib dan senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah sedikit pun. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna.

Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,


ٓخُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةِ مِنْ نُوْرٍِوَخُلِقَ الْجاَنُّ مِنْ ماَرِجٍِ مِنْ ناَرٍِوَخُلِقَ ادَمُ مِمَّاوُصِفَ لَكُمْ


”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan adam ’Alaihissalam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.”i

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

”Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”ii


Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui yaitu antara lain :

a.       Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.
b.      Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.
c.       Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.
d.      Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
e.       Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur.
f.       Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.
g.      Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.
h.      Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
i.        Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
j.        Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.

Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya / nur.

3. Iman Kepada Kitab Allah

Kitab Allah ialah wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab itu agar digunakan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia menuju jalan hidup yang benar dan diridhai-Nya

Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia.

4. Iman Kepada Rasul Allah

Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36).
Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24).


5. Iman Kepada Hari akhir

Orang Muslim menyakini dunia ini mempunyai saat terakhir di mana ia berhenti padanya. Kemudian datang kehidupan kedua, yang tidak mempunyai penghabisan, yaitu hari lain di negeri akhirat. Pada hari tersebut, Allah Ta’ala membangkitkan semua makhluk, mengumpulkan mereka semua kepada-Nya untuk dihisab orang-orang baik dibalas dengan kenikmatan abadi di surga, dan orang jahat dibalas dengan siksa yang menghinakan di neraka.
Hari Kiamat didahului dengan tanda-tandanya, seperti keluarnya Al-Masih Ad-Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa Alahis Salam, keluarnya hewan besar, kemunculan matahari dari barat, dan tanda-tanda lainnya. Dilanjutkan dengan peniupan sangkakala kebangkitan dan berdiri di hadapan Allah, Tuhan semesta alam. Dilanjutkan lagi dengan pembagian buku catatan amal perbuatan. Ada orang yang menerimanya dengan tangan kanan dan ada orang yang menerimanya dengan tangan kiri. Kemudian dilanjutkan dengan peletakan timbangan, dilanjutkan dengan proses penghisaban(perhitungan), dan dilanjutkan dengan pemasangan titian. Dan rentetan ini berakhir dengan menetapnya penghuni surga di surga, dan menetapnya penghuni neraka di neraka. Orang Muslim menyakini itu semua berdasarkan dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

6. Iman Kepada qadha dan Qadar

Qada adalah keputusan yang sudah ada sebelum adanya dunia sedangkan Qadar adalah keputusan Allah setelah manusia dilahirkan.
Qadar bersifat lebih dulu keberadaannya dan qadar bersifat baru atau kemudian. Ungkapan iman kepada qada dan qadar sering disebut iman kepada takdir yang bermakna mempercayai secara sungguh-sungguh terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang berlaku bagi semua ciptanNya. Ketentuan tersebut adalah baik yang telah terjadi, sedang terjadi, akan terjadi.
Percaya kepada takdir Allah hendaknya dipahami dan diyakini dengan hati-hati dan didasari dengan iman yang kukuh, pengetahuan yang luas, dan ikhlas sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang salah atau terhindar dari akidah yang menyesatkan. Disamping itu, iman kepada takdir tidak boleh menimbulkan sikap malas bekerja, apatis, acuh tak acuh, dan tidak mau berusaha. Kesalahan memahami takdir akan menimbulkan anggapan bahwa manusia itu ibarat robot sehingga tidak mempunyai daya kekuatan dan kekuasaan sedikit pun.


B.     APA PENGARUH IMAN TERHADAP BRIBADI DAN MASYARAKAT

Iman memiliki pengaruh signifikan dalam meluruskan kepribadian seseorang dan membersihkan dirinya dari kecenderungan pada kebejatan atau kekejian. Ia menjadi stimulus terkuat yang membuat seseorang untuk menjahui berbagai bentuk perilaku kejahatan dan hal-hal terlarang, di samping menjadi motifator terbesar yang menggugahnya untuk memperbanyak berbagai bentuk kebajikan dan kebaikan . seseorang mukminsejati dengan demikian akan menjauhkan diri dari berbagai kenistaan dan dosa sebab ia meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa allah maha memperhatikan dirinya dalam segala situsi dan kondisinya.

  1. Iman Dan Emansipasi Harkat Kemanusiaan

Sudah merupakan pengetahuan umum dan baku di kalangan muslim bahwa manusia, menurut kitab suci adalah puncak ciptaan tuhan dan mahluknya yang tertinggi. Ini melukiskan betapa tingginya harkat dan martabat kemanusiaan. Tetapi dalam rangkaian iman itu pula disebutkan bahwa manusia bias menurunkan derajatnya menjadi serendah-rendahnya makhluk, kecuali mereka beriman dan berbuat kebaikan.
Jika kita perhatikan kembali secara seksama urutan keterangan dalam kitab suci, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia,menurut kejadian asalnya (fitrahnya), adalah makhluk mulia.tetapi karena berbagai hal yang muncul akibat kelemahanya sendiri, manusia bias menjadi makhluk yang paling hina. Manusia akan terselamatkan dari kemungkinan itu hanya jika memiliki semangat ketuhanan dan berbuat baik terhadap sesamanya.
Dalam kenyataan historis, perjuangan untuk mendapatkan dan mempertahankan harkat dan martabat  kemanusiaan merupakan ciri domain deretan pengalaman hidup manusia sebagai makhluk social.

           
  1. Kebaktian, Ketaqwaan Dan Keimanan

Kebaktan (al-birr) merupakan penyempurna keimanan, bahkan ia adalah iman itu sendiri. Karena itu, ketika ada seseoarang yang mendatangi abu dzarr dan mrnanyakan ikhwal keimanan, ia menjawab bahwa iman adalah kebaktian. Ketika si penanya tidak puas dengan jawaban tersebut dan menyatakan bahwa bukan itu yang ia tanyakan, melainkan keimanan abu dzarr pun menjelaskan kepadanya bahwa dahulu ada seorang laki laki menghadap rasulullah dan mengajukan pertanyaan persis seperti yang ia tanyakan, dan beliau menjawab bahwa iman berarti kebaktian. Kemudian menyitir ayat:”bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian , malaikat-malaikat, nabi-nabi, dan memberikan harta yang di cintainya kepada kerabatnyaanak anak yatim, orang-orang miskin, musyafir dan orang-orang yang meminta-minta dan hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa,”(qs. Al-baqoroh (2): 177).
Meskipun iman merupakan keyakinan teguh tanpa kebimbangan bahwa allah itu ada dan mengutus rasul rasulnya dan memberikan petunjuk-bagi manusia melalui kitab-kitabNya sebagai pedoman dan kemaslahatan dunia dan aqirat. Namun keimanan itu belum sempurna bila belum di iringi dengan aktualisasi seperti rukun rukun islam.
Selain itu keimanan juga belum sempurna jika pemiliknya belum mampu menentang hawa nafsunya.

  1.  Perbedaan Grafik Keimanan

Iman berarti komitmen kuat untuk membenarkan segala yang di informasikan rasulullah , dari aspek ini, iman tidak mengalami pembantahan atau penurunan atau penambahan , menuru para ulama iman tidak akan sempurna kecuali di sertai dengan amal maka tingkat keimanan manusia menjadi berbeda beda sesuai amal amal yang meraka jalani.
Rasulullah bersabda yang artinya sbb:
“Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling bagus pada ahlakhnya”.

Pengunaan gaya bahasa dalam hadist ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat keimanan antar manusia sesuai dengan amal-amal saleh yang mereka kerjakan.
Dalil lain yang menunjukkan perbedaan tingkat keimanan antar manusia sesuai pengaruh yang di timbulkan dalam diri mereka. Banyak sekali diantara cabang-cabang iman diantaranya adalah malu. Rasulullah bersabda yang artinya:
Iman ada enam puluh sekian cabang, dan malu adalah salah cabang dari iman.(HR. al-Bukari)

  1. Iman Dan Peneladanan Rasulullah

Iman memiliki pengaruh besar dalam hati orang mukmin ia menuntun seseorang untuk meneladani dalam menghiasi diri dengan akhlak yang mulia hal itu merupakan mahabah pada allah dan rasulnya yang mewujudkan kesempurnaan iman.

Rasullullah bersabda yang artinya sbb:
“Demi dzat yang diriku dalam genggaman tangan kuasanya tidak beriman satu persatu kalian sampai aku lebih di cintainya dari pada kedua orang tua dan anaknya”.
Rasullullah adalah sumber teladan baik ucapan, perbuatan maupun taqrir beliau. Inilah jalan satu-satunya jalan bagi orang orang mukmin untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia sekaligus di aqirat.

Firman allah dalam surat al-hasyir yang artinya sbb:
“Apa yang telah di berikan rasul kepadamu, dan apa yang di larang nya bagimu     maka tinggalkanlah(QS al-hasyir(59):7)”

Semua yang di perintahkan oleh rasul itu membawa kemaslahatan bagi umat dan Semua yang di larang oleh rasul , bila di jauhi akan mendatangkan bahagia. Karena rasul menerima perintah-perintah dan larangan-larangan dari allah yang maha mengetahui segalanya sesuatu yang terbaik bagi umat manusia dan segala aspek dan sisinya.

  1. Cinta Dan Benci Karena Allah

Segala bentuk interaksi antar umat mukmin seyogyanya di landasi dengan cinta sebagai konsekuensi keimanan yang semputna kepada allah. Namun di dalam masyarakat mukmin masih ada segelintir orang yang melakukan perbuatan jahat dan melanggar norma-norma yang menyerobot hak hak orang lain.
Untuk menyikapi hal ini seorang mukmin dalam membenci dan mencintai sesame warga itu dengan kerangka acuan agama allah , ia seharusnya mengorientasikan segala hal yang di lakukan yang tidak di lakukannya dalam konteks hubungan di masyarakat dalam meraih keridhoan allah sebab hal itu menjadi indicator sempurna tidaknya iman seseorang.

Rasulullah bersabda yang artinya sbb:

“Barangsiapa mencintai membenci karena allah, serta member dan menahan   karena allah maka ia telah mencapai kesempurnaan iman.(Hr Abu Dawud)”.

Hadist diatas memberikan petunjuk jelas mengenai hal-hal yang harus di lakukan oleh seorang mukmin yang sempurna dalam tata pergaulan social di tengah masyarakat. Dengan mencintai sesame karena allah dan membenci karenaNya manakala norma-norma kesucianNya di langgar .


  1.  Iman Dan Pemberantasan Kemungkaran

Setiap pelaku tindak kenistaan berarti telah berbuat kemungkaran, dan keimanan yang sempurna kepada Allah menuntut keharusan melawan dan membasmi segala bentuk kemungkaran dan kekuatan tangan, atau melalui lisan (teguran), atau sekedar melakukan perlawanan dalam hati sesuai dengan batas batas kemampuan dan kapasitas masing masing.
Para pemegang kekuasaan menentang kemungkaran dengan otoritas dan wewenang yang dimilikinya serta dengan aksi nyata penegakan supremasi hukum terhadap semua tanpa pandang bulu. Sementara, para ulama’ (kaum intelektual) menentang kemungkaran dengan kekuatan lisan (maupun tulisan) seerta dengan komitmen menyuarakan kebenaran dalam dakwah mereka. Sedangkan individu (rakyat) melakukan aksi berantas kemungkaran ddengan memberikan nasihat jika memang mampu dan dengan komitmen menolak dan mensucikan hati mereka dari segala bentuk kemungkaran.

  1. Iman Dan Jihad Di Jalan Allah

Ketika kalangn anti Islam mengusik bahkan menyerang masyarakat Islam dengan tujuan menginjak- injak kehormatannya atau merampas hak miliknya dan merendahkan martabat rakyatnya maka masyarakat Islamakan melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan. Hal ini tertjadi karena keimanan ke pada Allah dalam diri mereka yang memantik api semangt untuk rela berkorban dengan berjihat di jalan Allah. Karena itulah, Rasulullah memposisikan jihad di jalan Allah sebagai amal yang paling afdhal.
Diriwayat kan dari Abu hurairah bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai amal yang paling afdhal, dan beliau menjawab,”beriman kepada Allah dan Rasullnya.” Beliau ditanya lagi ,“kemudian apa lagi?”jihad di jalan Allah”.Beliau ditanya lagi “selanjut nya apa?” haji yang mabrur.”(HR.Al-Bukhari).

  1. Iman Dan Antusiasme Terhadap Hal-Hal Yang    Bermanfa’at

Jika jihad dijalan Allah merupakan amal yang paling di sisi Allah utama disisi Allah, dan merupakan buah kesempurnaan iman kepada Allah maka antusiasme terhadap segala hal yang bermanfaat bagi orang mukmin didunia dan akhirat juga termasuk indicator kesempurnaan iman kepada Allah. Diriwayatkan dari Abu hurairah ,Rasulullah bersabda :
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dar ipada Mukmin yang lemah. Masing-masing memiliki sisi yang positif. Bersemangat lah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu sambil minta tolong lah kepada Allah, dan jangn loyo. Jika tertimpa suatu musibah, jangan katakana: seandainya saya berbuat begini begitu, niscaya tidak akan menjadi begini begitu, akantetapi katakana lah: ini adalah takdir Allah dan apa yang telah dikehendakinya pasti terlaksana sebab ungkapan andai-andai akan membuka godaan bagi godaan setan.
Tidak di ragukan lagi bahwa menghiasi diri dengan perilaku keutamaan dan menjauhkan diri dari peilaku kenistaan merupakan hal yang bermanfaat bagi orang mukmin dalam urusan agama dan dunianya sehingga harus di lakukan deengan penuh antusiasme.
  1. Iman Dan Komitmen Menjauhi Perilaku Buruk

Jika iman kepada Allah belum sempurna kecuali dengan semangat dan kesungguhan seorang mukmin dalam menghiasi dirinya dengan setiap perilaku luhur dan utama maka ini tentu saja
Berarti bahwa seorang mukmin paripurna selalu menjauhkan diri dari segala perilaku buruk yang dilarang oleh syara’. Karena itu dalam momentum Bai’at Aqabah pertama, Rasulullah membai’at para sahabat nya untuk tidak menyekutukan Allah, dan menjauhi perilaku buruk dan hal-hal yang biasa menjerumuskan dalam lembah kenistaan agar iman mereka sempurna. Diriwayatkan dari Ubaidah bin ash-Shamit, Rasulullah bersabda dihadapan sejumlah sahabat yang mengelilinginya ,” Berbai’atlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidakn membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, dan tidak berbuat maksiat dalam perkara yang makruf. Barang siapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah dan barang siapa yang melanggar dari hal tersebut Allah menghukumnya didunia maka itu kafarat baginya, dan barang siapa yang melanggar satu diantara hal-hal tersebut kemudian Allah menuutpinya (tidak menghukumnya di dunia) maka statusnya tergantung pada Allah ; jika mau dia akan memaafkannya dan jika mau dia juga bisa menyiksanya’. Kamipun berjanji setia dihadapan neliau atas hal-hal tersebut.”(Al-Bukhari).
Lebih tegasnya, kesempurnaan iman menuntuk komitmen pantang melakukan perilaku-perilaku buruk (nista). Rasulullah bersabda: tidak dikatakan beriman seseorang pezina ketika berzina, tidak dikatakan beriman seorang pencuri dan tidak dikatakan beriman seorang peminum khamr ketika ia meminumnya.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai iman yang sempurna maka seseorang bukan hanya percaya kalau tuhan itu ada, tetapi seseorang harus mampu menentang nafsu yang mengajak keburukan, mengerjakan amal-amal saleh, mengikuti sunnah-sunah rasullulah, mencintai atau membenci sesuatu harus semata-mata karena allah, menuntut keharusan melawan dan membasmi segala bentuk kemungkaran dengan berbagai cara, melakukan hal hal yang bermanfaat dan membela dengan sungguh-sungguh apabila ada seseorang atau kelompok yang akan menghancurkan islam dari dalam maupun dari luar.

B.     SARAN

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk agar kedepannya lebih baik lagi, mungkin hanya itu yang dapat penulis sampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Nurcholish Madjid, Islam Doktrin &Peradaban, edisi VI, Jakarta, 2008
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar